Kelompok 6
SEJARAH
PENDIDIKAN ISLAM
POLA DAN SISTEM
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA AWAL MASUK KE INDONESIA
Dosen Pengampu
: Endah Ayuningtyas, M.Pd.I.
Kelas/semester
: C/ 1 (satu)
Disusun Oleh :
Nama Npm
1.
Devi Kurniawati 1611070119
2.
Eni Farhatun 1611070147
3.
Siti Komariah 1611070155
PENDIDIKAN
RAUDHATUL ATHFAL
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN INTAN
LAMPUNG
2016
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Proses Masuknya Islam ke Nusantara
Pada masa itu Nusantara
dikenal dengan nama “Negeri Bawah Angin”. Disamping itu Nusantara diberi
sebutan “Lesser India” atau India Kecil.[1]
Sedangkan orang – orang yang berada di Nusantara memberikan sebutan “Negeri
Atas Angin” kepada negeri India, Persia, dan Arab. Adapun orang – orang Nusantara
yang berada di haramain ( Mekah dan Madinah ), mereka dikenal dengan sebutan Jawi. Karena itu seorang ulama yang
sedang belajar dan tinggal di tanah suci, disebut ulama.
Islam masuk ke Nusantara
pada abad ke-7, namun ada juga yang berpendapat islam masuk Nusantara pada abad
ke-13 dengan ditemukannya makam Fatimah Bin Maimun di jawa. Melalui dua jalur
yaitu jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara dengan rute : Arab (Mekah dan
Madinah) – Damaskus - Bagdad – gujarat (Pantai Barat India) – Srilanka –
Indonesia, sedangkan jalur selatan dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah) –
Yaman – Gujarat – Srilanka – Indonesia.
B. Proses Penyebaran Islam di Indonesia
1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M. Bangsa Indonesia
kedatangan para pedagang islam dari Arab, Persia, dan India. Mereka telah ambil
bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia.
Dengan adanya hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dengan pedagang
islam, sebagai umat muslim memiliki kewajiban untuk berdakwah maka para
pedagang islam menyampaikan dan mengajarkan agama serta kebudayaan islam kepada
orang lain.
[1] Drs. Agus Santoso, M. Ag., Sejarah
Kebudayaan Islam (Sragen : Akik Pustaka, 2008), h. 24.
Proses penyebaran islam melalui proses
perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif di banding cara lainnya.
Apalagi yang terlibat dalam perdagangan tersebut bukan hanya masyarakat
golongan bawah, tetapi juga golongan kelas atas seperti kaum bangsawan atau
raja.
2. Perkawinan
Hubungan komunikasi yang baik antara
pedagang Indonesia dengan islam, tidak jarang diteruskan dengan perkawinan
antara putri kaum pribumi dengan para pedagang muslim. Melalui perkawinan
inilah terlahir seorang muslim. Lambat laun terbentuk masyarakat muslim dengan
adat islam hingga suatu saat terbentuknya sebuah kerajaan islam.
3. Politik
Dengan masuknya raja ke agama islam maka
penduduk yang pada dasarnya memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap raja
berbondong – bondong memeluk agama islam. Setlah itu, kepentingan politik
dilakukan dengan cara perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan
penyebaran agama islam.
4. Pendidikan
Para da’i, ulama, guru – guru agama,
ataupun para kyai memegang peranan penting dalam penyebaran agama islam melalui
jalur pendidikan, yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
5. Kesenian
Dilakukan dengan
penggelaran seni gamelan dan wayang. Cara ini ditemui di Yogyakarta, Solo,
Cirebon, dll. Dimana seni – seni merupakan kegemaran masyarakat Jawa, sehingga
mengundang masyarakat untuk menontonnya. Di pertunjukan seperti inilah dakwah
islam di seampaikan.
6. Tasawuf
Seorang sufi dikenal hidup dengan
sederhana, selalu menolong masyarakat, menyembuhkan penyakit, dan mereka juga
aktif dalam penyebaran agama islam. Sehingga, agama islam mudah diterima di
masyarakat.
C. Pendidikan
Islam Pada Masa Masuknya Islam ke Indonesia
Penyebaran
pengaruh Islam yang berasal dari Jazirah Arab ke Asia dan benua lainnya,
menimbulkan munculnya pusat-pusat agama Islam dikawasan tersebut yang berguna
sebagai pusat pemerintahan dan peradaban, juga berperan dalam penyebaran
pengaruh Islam ke wilayah sekitarnya.2
1.
Peran Pedagang dalam penyebaran pendidikan Islam
Para pedagang
yang menjalin hubungan dengan pedagang Indonesia tidak hanya pedagang Cina
tetapi juga pedagang India, Persia, Arab, Mesir dan Turki. Adanya interaksi
sosial antara pedagang muslim dengan masyarakat setempat inilah yang akhirnya
memberi pengaruh masuknya nilai-nilai dan ajaran Islam sehingga semakin banyak
yang memeluk agama Islam.
Adapun
sistematis yang dilakukan para pedagang dalam penyampaian dakwahnya adalah
sebagai berikut:
a. Mula-mula para pedagang berdatangan ke
pusat perdagangan
b. Kemudian mulai ada yang bertempat
tinggal, baik sementara maupun menetap.
c. Lambat laun tempat tinggal mereka
berkembang menjadi perkampungan muslim dari negeri asing yang disebut pekojan.
d. Status sosial yang tinggi, memudahkan
mereka mengawini pribumi baik rakyat biasa maupun anak bangsawan.
e. Sebelum pernikahan, calon istrinya
di-Islam-kan dahulu dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
f. Lambat laun berkembang menjadi
perkampungan, masyarakat dan kerajaan Islam.
Sehingga dengan
demikian, para pedagang mempunyai andil besar dalam penyebaran Islam melalui
pendidikan sosial kemasyarakatan, seperti cara berdagang islam, cara
bermasyarakat, upacara pernikahan sampai pada cara bersosialisasi sehari-hari
yang telah mereka praktekkan dalam kehidupan kesehariannya.
2.
Peran Ulama’ dalam penyebaran pendidikan
Islam di Indonesia
Agama Islam yang
diperkenalkan kepada bangsa Indonesia mempunyai bentuk yang menunjukkan
persamaan dengan alam pikiran yang telah dimiliki oleh orang-orang yang dulunya
menganut agama Hindu Syiwa dan Budha Mahayana. Hal ini menyebabkan ajaran Islam
yang diperkenalkan semakin mudah dimengerti dan dipahami.
Salah satu cara
agar pemahaman tentang Islam mudah diterima oleh masyarakat adalah melalui
gambaran-gambaran. Tidak langsung pada pembahasan yang mungkin sulit diterima,
antara lain melalui gending-gending jawa, gending gending dolanan, wayang kulit
dan hikayat. Para Ulama’ yang pada waktu itu terkenal dengan sebutan Wali Songo
telah mempunyai andil besar dalam hal ini, diantaranya:
a.
Sunan
Maulana Malik Ibrahim yang berasal dari Turki selain menguasai ilmu-ilmu agama
juga ahli dalam bidang tata negara sehingga ia mampu mensinergikan antara adat
istiadat penduduk asli dengan syari’at Islam.
b.
Sunan
Ampel yang berasal dari Aceh juga memprakarsai berdirinya pesantren Ampel Denta
dan Kerajaan Islam Demak.
c.
Sunan
Drajat yang merupakan putra Sunan Ampel sebagai pencipta gending pangkur.
d.
Sunan
Bonang yang juga putra Sunan Ampel sebagai pencipta gending durma.
e.
Sunan
Giri sebagai pendiri pesantren di Giri yang juga menciptakan gending asmaradana
dan gending pucung selain itu beliau juga menciptakan permainan anak-anak yang
berjiwa Islam, seperti ilir-ilir, jamuran dan cublak-cublak suweng.
f.
Sunan
Kalijaga yang lahir dituban Jawa Timur menyebarkan Islam melalui cerita wayang.
g.
Sunan
Kudus, beliau berasal dari Palestina adalah seorang yang pandai mengarang dan
pencipta gending mas kumambang dan gending mijil.
h.
Sunan
Muria adalah putra sunan Kalijaga adalah pencipta gending sinom dan kinanti.
i.
Sunan
Gunung Jati yang berasal dari Palestina dan sebagai panglima perang kerajaan
Demak, beliau aktif berdakwah melalui sosial politik.
3.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
Selain itu,
pondok pesantren yang dianggap sebagai sistem pendidikan paling tua di
Indonesia merupakan lembaga pendidikan Islam yang penting dalam penyebaran
agama Islam pada waktu itu. Pesantren inilah yang akhirnya menampung anak-anak
bangsa yang tidak diperbolehkan oleh penjajah untuk menuntut ilmu di lembaga
pendidikan pemerintah.
Para santri yang
telah keluar dari pesantren ini, kemudian akan menjadi tokoh agama, menjadi
kyai dan mendirikan pesantren lagi. Sehingga dengan adanya pesantren ini,
penyebaran pendidikan Islam tidak akan terputus. Demikian seterusnya sehingga
semakin lama Islam semakin berkembang.
4.
Peran kerajaan Islam dalam penyebaran pendidikan Islam di Indonesia
Kerajaan Islam
pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad
ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Pada tahun 1345, Ibnu
Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan
Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam ilmu agama dan bermazhab Syafi’i,
mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta
mempraktekkan pola hidup yang sederhana.
Keterangan
Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman
kerajaan Pasai sebagai berikut :
a. Materi pendidikan dan pengajaran agama
bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i
b. Sistem pendidikannya secara informal
berupa majlis ta’lim dan halaqoh
c. Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama
d. Biaya pendidikan bersumber dari negara.
Selain itu juga
banyak kerajaan – kerajaan Islam lainnya yang sangat memperhatikan pendidikan
di wilayahnya, diantaranya adalah kerajaan Perlak yang memiliki pusat
pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi,
materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi,
ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan
filsafat.3
Kerajaan Aceh
darussalam yang juga melaksanakan pendidikan Islam yang diawali pendidikan
terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah,
terdapat di setiap gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:
–
Sebagai tempat belajar Al-Qur’an
– Sebagai
Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf
Arab, Ilmu agama, bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam. Dan tidak hanya itu,
hampir disemua daerah mempunyai lembaga pendidikan sendiri baik milik negara/
kerajaan ataupun pondok pesantren yang dimiliki perseorangan.
D. Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam Di
Indonesia
1. Kerajaaan Samudra Pasai
Menurut
apa yang di temukan Ibnu Batutah, sistem pendidikan yang berlaku di kerajaan
samudra pasai, yaitu :
a.
Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at ialah Fiqh Mazhab
Syafi’i ;
b.
Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis ta’lim dan
halaqah ;
c.
Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama ;
2. Kerajaan Perlak
Terdapat
suatu lembaga pendidikan lainnya yaitu ta’lim tinggi, yang dihadiri khusus oleh
para murid yang sudah alim dan mendalam ilmunya. Pada ta’lim ini diajarkan
kitab-kitab agama yang punya bobot dan pengetahuan tinggi, seperti kitb al um
karangan Imam Syafi’i dan sebagainya.
3. Kerajaan Aceh Darusalam (1511-1874)
Pada
12 zulkaijah 916 h (1511) kerajaan Aceh menyatakan perang terhadap buta huruf
dan buta ilmu. Hal ini merupakan tempaan sejak berabad-abad lalu, yang
berlandaskan pendidikan islam dan ilmu pengetahuan. Aceh pada saat itu
merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan sarjana-sarjananya yang terkenal di
dalam maupun di luar negeri. Bahkan ibu kota kerajaan Aceh darusalam terus
berkembang menjadi internasional dan sebagi pusat perkembangan ilmu pengetahuan
dan kebudayaan. Lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan :
a.
Balai Seutia Hukama, lembaga ilmu pengetahuan, berkumpulnya para
ulama, ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
b.
Balai Seutia Ulama’, jawatan
pendidikan yang bertugas mengurus masalah – masalah pendidikan dan pengajaran.
c.
Balai Jam’ah Himpunan Ulama’, kelompok studi tempat para ulama dan
sarjana berkumpul untuk bertukar pikiran membahas persoalan pendidikan dan ilmu
pendidikan
d.
Meunasah (Madrasah), sebagai sekolah dasar dengan materi pengajaran
: menulis dan membaca huruf arab, ilmu agama, bahasa jawi/melayu, akhlak dan
sejarah islam.
e.
Rangkang adalah tempat tinggal murid di sekitar masjid, sistem yang
dipakai sama dengan sistem pondok pesantren.
f.
Dayah merupakan sebuah lembaga yang pada awalnya memposisikan
dirinya sebagai pusat pendidikan pengkaderan ulama, namun pendidikan dayah
terkesan sangat monoton dalam penyusunan kurikulum berorientasi pada sistem
lam, artinya kitab yang diajarkan adalah kitab – kitab abad pertengahan.
g.
Dayah Teuku Cik adalah perguruan tinggi atau akademi, diajarkan Fiqh,
Tafsir, Hadist, Tauhid, Akhlak/Tasawwuf, Ilmu Bumi, Ilmu Bahasa dan Sastra
Arab, Sejarah dan Tata Negara, Mantik, Ilmu Falak dan Filsafat.[6]
4. Kerajaan Demak
Sistem
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran ada kesamaan dengan kerajaan di aceh, yaitu
dengan mendirikan masjid di tempat – tempat yang menjadi sentral di suatu
daerah. Wali suatu daerah diberi gelar resmi, yaitu gelar sunan dengan ditambah nama daerahnya seperti : Sunan
Gunung Jati, Sunan Geseng, Kiai Ageng Tarub, Kiai Ageng Sela dan lain- lain.
5. Kerajaan Mataram
Pendidikan
sudah mendapat perhatian sedemikian rupa, seolah – olah tertanam kesadaran akan
pendidikan di masyarakat kala itu. Anak – anak belajar ditempat pengajian atas
kehendak orang tuanya sendiri. Selain belajar al – qur’an, murid – murid juga
diajarkan kitab.
6. Kerajaan Banjar Masin
Sistem
pengajian kitab di Banjar Masin tidak berbeda dengan sistem pengajian kitab di
pondok pesantren jawa ataupun sumatra, yaitu dengan mempergunakan sisitem
halaqah, menterjemahkan kitab – kitab yang dipakai ke dalam bahasa daerah (Banjar),
sedangkan santri menyimaknya.
E. Lembaga, Metode, dan Materi Pendidikan
Agama Islam
1.
Masjid
dan langgar, sebagai tempat pendidikan untuk orang dewasa maupun anak-anak.
Pengajian orang dewasa adalah penyampaian - penyampaian ajaran islam yang
berkenaan dengan Akidah, Ibadah, dan Akhlak. Sedangkan, pengajian anak-anak
adalah berpusat pada pengajian al-qur’an.
Sistem
pengajaran yang dilakukan adalah sistem halaqah, yaitu guru membaca dan
menerangkan pelajaran sedangkan siswa mempelajari atau mendengarkan saja.
Hampir mirip dengan sistem klasikal yang berlaku sekarang.adapun, metode yang
digunakan adalah metode bandongan (guru membaca dan menjelaskan isi kitab,
dikerumuni murid yang memegang kitab yang sama) dan metode sorongan ( murid
menyodorkan kitab, dan guru memberikan tuntutan cara membaca,, menghafal, dan
bahkan menterjemah serta menafsirkan).
2.
Meunasah,
rangkang, dan dayah, meunasah adalah madrasah secara etimologi, yang merupakan
lembaga pendidikan awal untuk anak –a anak yang dapat disamakan dengan tingkat
sekolah dasar. Rangkang adalah tempat tinggal murid di sekitar masjid, sistem
yang dipakai sama dengan sistem pondok pesantren. Dan dayah merupakan sebuah
lembaga yang pada awalnya memposisikan dirinya sebagai pusat pendidikan
pengkaderan ulama, namun pendidikan dayah terkesan sangat monoton dalam
penyusunan kurikulum berorientasi pada sistem lama, artinya kitab yang
diajarkan adalah kitab – kitab abad pertengahan.
3.
Surau,
adalah suatu tempat bangunan kecil untuk tempat solat, tempat belajar mengaji
anak, tempat wirid (pengajian agama) bagi orang dewasa.
4.
Pesantren,
adalah sekolah islam berasrama yang ada di indonesia. Bertujuan untuk
memperdalam pengetahuan tentang al-qur’an dan sunnah Rasul. Metode yang digunakan
adalah metode wetonan sama seperti metode bandongan, metode sorongan, dan
metode madrasah.
Adapun struktur
program krikulum madrasah, dan pendidikan agama terdiri dari mata pelajaran :
a. Qur’an Hadist
b. Akidah Akhlak
c. Fikih
d. Sejarah Dan Peradaban Islam
e. Bahasa Arab, semua program ini di
golongkan kepada program inti.
Beberapa
setrategi yang perlu dicanangkan untuk prediksi pendidikan islam masa sekarang
adalah :
1. Strategi Sosial Politik, menekankan
diperlukannya merinci butir – butir pokok formalisasi ajaran islam di lembaga –
lembaga negara melalui upaya legal formalitasyang terus menerus oleh gerakan
islam
2. Strategi Kultural, dirancang untuk
kematangan keperibadian kaum muslimin dengan memperluas cakrawala pemikiran,
cakupan mendidik dengan moralitas islam yang benar dan menjalankan kehidupan
islami baik individu maupun masyarakat
3. Strategi Sosio Cultural, diperlukan
upaya untuk mengembangkan kerangka kemasyarakatan yang menggunakan nilai-nilai
dan prinsip islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar